Abdurrahman Murad
Abdurrahman Murad

Jombang Bagian 1 (Antara Sarung, Sepeda Ontel, dan Buku Kuliah)

Tahun 2012, tepat setahun aku resmi jadi santri disalah satu pesantren di kota jombang. Merantau dari Kalimantan Barat ke Jombang, Jawa Timur. Tempat yang selama ini cuma kudengar namanya dari cerita orang-orang kampung. Kini, aku berdiri di tanah itu, sendirian, membawa harapan dan kecanggungan sekaligus.

Lingkungannya jauh berbeda. Orang-orang bicara dengan bahasa yang berbeda, kadang logatnya sulit kupahami. Di pondok, santri-santri sudah akrab satu sama lain. Sementara aku, seperti pohon kecil yang baru dipindahkan ke tanah baru—masih mencari arah akar.

Di hari-hari awal, aku lebih banyak diam. Kalau yang lain ngobrol, aku dengarkan saja. Kalau yang lain tertawa, aku ikut tersenyum meski kadang tak paham lucunya di mana. Rasanya aneh. Aku merasa seperti orang asing. Bukan karena mereka jahat, tapi karena aku belum tahu bagaimana caranya masuk ke dunia mereka.

Rutinitas pondok juga tidak mudah. Bangun sebelum subuh, hafalan pagi, ngaji kitab sore, tidur malam pun kadang hanya sebentar. Aku lelah, tapi juga malu mengeluh. Kata orang, santri itu harus kuat. Tapi... aku belum sekuat itu.

Lalu aku kembali menulis.

Buku tulisku yang tadinya buat catatan pelajaran, berubah fungsi. Aku mulai menulis isi hati: tentang rindu pada rumah, tentang pelajaran yang sulit, tentang betapa asingnya dunia pondok bagi anak sepertiku. Di sinilah, aku merasa bebas. Aku bisa bilang capek tanpa takut dianggap lemah. Aku bisa jujur tanpa takut ditertawakan.

Sedikit demi sedikit, aku mulai terbiasa. Aku mulai paham candaan teman-teman. Aku mulai bisa hafal jadwal ngaji. Bahkan mulai hafal nama-nama kyai dan panggilan unik khas pondok. Aku masih sering diam, tapi sekarang diamku lebih tenang.

Menjadi santri di tanah orang itu tidak mudah. Tapi dari kesulitan itu, aku belajar satu hal: adaptasi bukan berarti berubah jadi orang lain, tapi belajar bertumbuh di tanah yang baru.
Dan menulis… adalah tempatku menyiram akar itu agar tak layu.


Posting Komentar