Abdurrahman Murad
Abdurrahman Murad

di Balik Senyap

Kau adalah embun yang jatuh perlahan,
menyusup diam ke dasar jiwaku yang tandus.
Cintaku padamu—bukan gemuruh pesta,
melainkan nyala api kecil yang setia menari,
meski badai datang memadamkan segala.

Aku berjalan bukan di atas bunga,
melainkan duri yang kusebut rindu.
Langkahku tertatih dalam sunyi,
namun jiwaku tak sudi tunduk pada lelah.

Kupintal kesetiaan dari benang harap,
kusulamkan doa di tiap hembusan malam.
Cintaku bukan sekadar hasrat,
melainkan nazar yang kutulis di langit waktu.

Berulang kali semesta menggoda,
menyuruhku lepaskan genggaman ini.
Namun, aku adalah pelaut yang mabuk samudra,
tak sudi menepi sebelum pelabuhan itu: namamu.

Jika cinta ini harus musnah,
biarlah ia gugur seindah gugurnya daun,
dalam hening,
namun penuh makna—
sebab aku telah mencintamu,
dengan cara paling tabah yang kutahu.

 

Posting Komentar