Abdurrahman Murad
Abdurrahman Murad

Di Ujung Sepi

Aku adalah angin
yang melintas tanpa nama,
menyapa dedaunan yang tak pernah menjawab,
dan berlalu
dalam diam yang tak pernah usai.

Kesendirian ini bukan pilihan,
melainkan takdir yang menempel di bayang,
ia duduk di sampingku
saat meja-meja dunia penuh tawa,
dan menggenggam tanganku
saat semua telah pulang.

Malam tak pernah bertanya,
mengapa mataku menatap kosong pada langit.
Ia tahu:
ada luka yang tak bisa diucapkan,
ada rindu yang tak punya alamat.

Aku bicara pada bayangan,
menyisipkan harap ke dalam cahaya lilin
yang sebentar lagi padam.
Apakah kau pernah mencinta
sebegitu heningnya,
hingga dunia tak tahu kau patah?

Tapi kesendirian,
meski pahit dan tajam,
telah mengajarkanku
bahwa sunyi pun punya bahasa,
dan air mata pun bisa menjadi doa.

 

Posting Komentar