Aku berjalan dalam lengang,
melewati malam-malam yang terlalu diam,
dan entah kenapa,
rasa kehilangan itu selalu datang
bahkan saat tak ada yang benar-benar pergi.
Ada ruang kosong dalam dada,
bukan karena siapa pun meninggalkan,
tapi karena ada bagian dari diriku
yang hilang entah sejak kapan.
Mungkin ini rindu,
rindu pada tawa yang dulu ringan,
pada hati yang pernah percaya,
pada sepi yang tak menyakitkan.
Atau mungkin aku merindukan Tuhan
yang pernah begitu dekat,
saat dunia belum terlalu bising,
saat sujud terasa panjang,
dan air mata jatuh bukan karena manusia.
Kini...
rindu ini tak tahu harus ditujukan pada siapa.
Bukan kau, bukan dia, bukan siapa pun—
tapi mungkin, rindu ini
adalah seruan jiwa
yang ingin kembali
menemukan tenangnya makna.
Jika ada yang mendengar puisi ini,
ketahuilah:
aku tidak ingin ditemani,
aku hanya ingin dipahami—
bahwa terkadang,
rindu tak butuh peluk,
ia hanya ingin diakui:
bahwa ia ada.
Posting Komentar