Di usia kemerdekaan yang ke-80, Indonesia menghadapi tantangan baru dalam menjaga keutuhan bangsa. Era digital telah banyak mengubah cara masyarakat mencari informasi keagamaan. Jika dulu umat datang ke masjid atau menghadiri majelis taklim, kini mereka lebih sering membuka Internet dan menjelajahi media sosial. Perubahan ini menuntut para penyuluh agama untuk seseger mungkin beradaptasi sebagai bagian dari upaya mengisi kemerdekaan dengan karya nyata.
Masih banyak penyuluh agama yang merasa cukup hanya dengan metode konvensional: berceramah di masjid dan mengisi pengajian rutin di majelis taklim. Padahal, sekarang ini, tantangan bangsa semakin kompleks. Hoaks, radikalisme, dan degradasi nilai-nilai Pancasila mengancam persatuan. Generasi muda menghabiskan waktu di dunia maya yang rentan terpapar konten hoaks, radikalisme, dan negatif. Sebagai penyuluh agama, kita memiliki peran strategis untuk menyebarkan Islam rahmatan lil alamiin yang sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika di media sosial.
Dakwah Digital Mengisi Kemerdekaan dengan Karya Nyata
Kemerdekaan Indonesia bukan hanya tentang lepas dari penjajahan fisik, tetapi juga kemerdekaan dalam berpikir dan beragama. Para founding fathers telah berjuang merebut kemerdekaan politik. Kini, tugas kita adalah mengisi kemerdekaan tersebut dengan dakwah yang membangun peradaban. Media sosial adalah medan perjuangan baru untuk menyebarkan nilai-nilai luhur agama dan Pancasila.
Banyak pihak masih memandang media sosial sebagai tempat kemaksiatan. Namun menurut perspektif saya media sosial seperti pisau yang dapat digunakan untuk memasak atau melukai, media sosial tergantung pada cara penggunaannya. Jika kita mengisi ruang digital dengan konten positif, maka akan menjadi ladang kebaikan.
Bayangkan satu kiriman Instagram tentang kesabaran dapat dibaca ribuan orang. Satu video TikTok tentang akhlak mulia dapat ditonton puluhan bahkan jutaan kali. Semua itu berpotensi menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir.
Pembelajaran dan Konsistensi
Tidak perlu menjadi ahli dalam sekejap mata. Mulailah dengan langkah sederhana: membuat akun Instagram dengan keterangan inspiratif, atau video pendek yang menjelaskan ayat Al-Quran dengan bahasa dakwah yang mudah dipahami. Yang terpenting adalah konsistensi dan ikhlas. Pilihlah platform yang sesuai kemampuan. Instagram cocok untuk konten visual dengan pesan bijak. TikTok tepat untuk video pendek yang mendidik. YouTube sesuai untuk ceramah mendalam. Fokus pada satu platform dengan keseriusan.
Tanggung Jawab Bersama
Dakwah bukan hanya tanggung jawab penyuluh agama. Setiap orang dapat berdakwah sesuai profesinya. Namun sebagai penyuluh agama, kita memiliki tanggung jawab lebih besar karena telah dibekali ilmu dan dipercaya masyarakat.
Mari kita mengisi kemerdekaan ke-80 ini dengan mengoptimalkan dunia maya sebagai ruang dakwah produktif. Karena dakwah terbaik dalam mengisi kemerdekaan adalah ketika kita bergerak bersama menyebarkan Islam rahmatan lil alamiin yang memperkuat persatuan bangsa. Inilah makna sejati mengisi kemerdekaan: berjuang mencerdaskan bangsa melalui dakwah digital yang membangun peradaban Indonesia.
Oleh: Abdurrahman Assayuthi, S.H., M.H.
Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat
0 Komentar