Aku menunggu,
di ujung lorong yang tak berujung,
dengan mata yang menatap kosong,
menyusuri bayang yang tak pernah kembali.
Setiap detik membunuh harap,
setiap helaan napas meratap dalam sepi.
Kau hilang tanpa kata,
sementara aku terjebak dalam ruang tanpa pintu.
Waktu tak mengobati,
malah menjadi saksi bisu pengkhianatan.
Aku menanti dengan hati penuh retak,
namun kau tak pernah pulang.
Dan kini, penantianku menjadi mayat,
terkubur dalam pasir waktu,
tersisa hanya bayang yang kian pudar,
dan jiwa yang tak pernah mampu melupakan.
Posting Komentar