Abdurrahman Murad
Abdurrahman Murad

Ruang Kosong

Ada hening yang menetap di dinding ini,
bekas suaramu masih berbisik di sela retak cat yang mengelupas.
Kursi tetap dua,
meja tetap empat sudut,
tapi tak satu pun menghadapmu lagi.

Langit-langit tak lagi mengingat warna tawamu,
jendela terbuka,
namun hanya angin yang masuk—
dingin,
tanpa sapa.

Aku duduk memeluk bayangan,
menyusun ulang kisah yang telah bubar.
Setiap sudut ruangan memanggil namamu,
tapi yang datang hanya senyap
yang makin dalam.

Jika sepi adalah rumah,
maka ruang ini adalah pintunya.
Dan aku,
penghuni setia
yang tak tahu lagi
cara keluar.

Posting Komentar