Istiqamah—sebuah kata sederhana yang menyimpan makna luar biasa. Tidak banyak yang mampu menjalaninya, apalagi mempertahankannya. Terlebih bagi seorang muslimah di zaman penuh godaan ini, menjadi pribadi yang istiqamah bukan sekadar pilihan, tetapi sebuah perjuangan tanpa henti.
Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: 'Tuhan kami ialah Allah'
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (seraya berkata): 'Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih
hati; dan bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu.'"
(QS. Fusshilat: 30)
Istiqamah bukan sekadar bertahan dalam ibadah, tapi juga keteguhan dalam memegang prinsip Islam saat dunia menawarkan jalan pintas yang mudah namun menyesatkan.
1. Istiqamah: Jalan Panjang yang Tak Mudah
Saat seorang muslimah memutuskan berhijrah, menutup aurat dengan sempurna, membatasi pergaulan, memilih teman yang salehah, maka sesungguhnya ia sedang menapaki jalan istiqamah. Namun jalan ini tidaklah selalu mulus.
Imam Abu ‘Amr bin Al-‘Ala pernah berkata:
“Istiqamah itu lebih berat daripada seribu karamah.”
Berapa banyak orang yang semangat di awalnya, namun mulai melemah di tengah jalan. Godaan dunia, omongan orang sekitar, lelahnya menjaga diri sering kali membuat langkah menjadi goyah. Maka dari itu kita butuh kekuatan bukan hanya fisik, tapi ruhiyah—yakni hati yang ikhlas karena Allah.
2. Muslimah dan Konsistensi Iman
Iman seorang muslimah bisa naik dan turun. Maka salah satu kunci istiqamah adalah menjaga konsistensi dalam amal ibadah harian. Sekecil apa pun, jika dilakukan terus-menerus karena Allah, akan menumbuhkan kekuatan ruhani.
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَحَبُّ
الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling kontinu meskipun
sedikit.”
(HR. Bukhari no. 6464 dan Muslim no. 783)
Mulailah dari hal-hal kecil: membaca Al-Qur’an setiap hari, menahan lisan dari ghibah, menjaga pandangan, memperbaiki niat. Semua itu akan menjadi penopang istiqamah kita.
3. Tetap Istiqamah di Dunia Digital
Dunia maya adalah ujian besar bagi keteguhan iman. Banyak muslimah yang semangat berhijrah di dunia nyata, tapi kehilangan arah di dunia digital. Foto yang berlebihan, komentar yang tidak terjaga, konten yang mengundang fitnah—semua bisa mengikis nilai istiqamah.
Syaikh Abdul Qadir al-Jilani berkata:
“Istiqamah itu tidak cukup dengan niat dan lisan, tapi harus sampai ke perbuatan nyata dan berkelanjutan.”
Maka seorang muslimah sejati akan membawa istiqamahnya ke semua ruang hidup, termasuk media sosial. Ia akan bijak memilih konten, tidak mengejar likes, dan senantiasa menjadikan ridha Allah sebagai standar kebaikan.
4. Saat Futur Melanda
Setiap jiwa pasti mengalami penurunan semangat. Dalam istilah keislaman, ini disebut futur. Bahkan sahabat Rasulullah ﷺ pun mengalaminya. Namun orang yang istiqamah akan kembali bangkit, bukan menyerah.
Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitab Jami’ al-‘Ulum wal Hikam mengatakan:
“Orang yang benar-benar mencintai Allah, ketika dia jatuh, dia akan segera bangkit dan menyesal, lalu memperbarui niatnya.”
Jika semangat ibadah mulai melemah, maka kembalilah kepada Al-Qur’an, carilah teman yang salihah, perbanyak hadir di majelis ilmu. Jangan biarkan hati lama kosong dari zikir dan muhasabah, sebab dari situlah jalan kembali akan terbuka.
5. Perhiasan Terindah: Muslimah yang Istiqamah
Di antara banyaknya wanita yang mengejar perhiasan dunia, Islam memuliakan wanita yang berhias dengan iman dan istiqamah. Ia mungkin tak dikenal di dunia, tapi dikenal oleh para malaikat di langit.
Rasulullah ﷺ bersabda:
اسْتَقِمْ
كَمَا أُمِرْتَ
“Beristiqamahlah sebagaimana engkau diperintahkan.”
(QS. Hud: 112 – perintah ini juga menjadi beban yang berat bagi Rasul ﷺ
hingga rambut beliau memutih)
Istiqamah adalah mahkota yang menghiasi akhlak muslimah sejati. Bukan karena tampilan luar, tapi karena kesetiaan pada Allah dalam segala situasi.
Penutup
Saat muslimah memilih jalan istiqamah, berarti ia siap menempuh jalan panjang. Tapi yakinlah, setiap langkah akan diganjar pahala dan setiap tetes air mata akan diganti dengan kemuliaan.
Tidak apa-apa jika kita pernah terjatuh, asalkan kita bangkit lagi. Tidak perlu sempurna, yang penting terus berusaha. Jadilah muslimah yang tidak mudah menyerah, karena Allah telah menjanjikan:
إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا...
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: 'Tuhan kami adalah Allah',
kemudian mereka istiqamah...”
(QS. Fusshilat: 30)
Daftar Pustaka:
- Al-Qur’an Surah Fusshilat: 30, Surah Hud: 112
- HR. Bukhari no. 6464, Muslim no. 783
- Ibnu Rajab, Jami’ al-‘Ulum wal Hikam
- Imam Abu ‘Amr, Siyar A’lam an-Nubala’
- Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Al-Fath ar-Rabbani
0 Komentar